Nama : Ummi Khasanah
Nim : A310110093
Reproduksi Bacaan Fiksi
Judul
novel : Centhini : 40 Malam Mengintip Sang pengantin
Novel
ini merupakan interpretasi ulang dari Serat
Centhini yang ditulis oleh Sri Susuhunan Pakubuwana V pada tahun 1815.
Novel ini menceritakan tentang pernikahan Syekh Amongraga (dulunya bernama
Jayengresmi), anak dari Sunan Giri dengan Tambangraras, anak dari Ki Bayi
Panurta. Sebelum pernikahan itu terjadi, terjadi peperangan antara Kesunanan
Giri dengan Mataram. Sunan Giri pun ditangkap dan dibawa ke Mataram. Tiga anak
Sunan Giri yang terdiri atas Jayengresmi, Jayengsari, dan Rancangkapti lari
tunggang-langgang hingga Jayengresmi berpisah dengan adik-adiknya. Sampai
akhirnya Jayengresmi terdampar di Wanamarta dan mengganti namanya menjadi Syekh
Amongraga. Setelah Syekh Amongraga berkunjung ke rumah Ki Bayi Panurta,
Tambangraras menjadi tertarik dengan beliau dan kemudian menikah. Syekh
Amongraga dan Tambangraras menjadi pengantin untuk sembilan kali. Di rumah
sendiri, kemudian di Jayengwesthen, Jayengragan, kemudian berganti – ganti di
Suharjan, Wiradhustan, Panukman, Panamaran, Kulawiryan, dan kemudian yang
terakhir di Pakauman, di rumah Ki Penghulu Basorudin. Banyak upacara pengantin
yang dilaksanakan dalam pernikahan Syekh Amongraga dan Tambangraras. Mulai dari
ijab, panggih (mempertemukan kedua mempelai), pahargyan (resepsi), sepasaran (5
hari dari ijab), ngunduh pengantin, mendirikan rumah, dan boyongan. Setelah
melewati 40 hari, pengantin mulai hidup sendiri dengan rumah barunya.
Selama 40 malam, Centhini yang
merupakan pembantu di rumah Ki Bayi diperintahkan untuk mengintip dan menjaga
pengantin. Apabila membaca sekilas judul novel panjang ini, pandangan kita akan
menyaksikan 40 malam pengantin yang mendebarkan. Pandangan pembaca akan
mengarah pada hubungan seksualitas sang pengantin. Apabila berharapan seperti
itu, pastilah pembaca akan kecewa. Karena malam-malam pengantin sejak malam
pertama hingga malam ke-40 Syekh Amongraga hanya berkhutbah, memberikan ilmu
kepada sang istri. Begitulah seterusnya. Tiada hari tanpa ilmu. Di masjid,
pendapa, bahkan di kamar pengantin pun Syekh Amongraga begitu cerewet
membeberkan semua ajaran tetang agama.
Hari ke-15, sebanyak 300 orang
bergotong royong untuk mendirikan rumah bagi Syekh Amongraga dan Tambangraras.
Hanya membutuhkan waktu 20 hari rumah pendapa itu selesai. Hari ke-38 bisa
dibilang hari yang istimewa karena tanpa sepengetahuan Centhini, Denayu
Tambangraras sudah bersenggama dengan Syekh Amongraga dan itu berita yang
ditunggu-tunggu oleh seluruh warga Wanamarta. Pada hari setelah malam ke-40,
seluruh penduduk desa Wanamarta kembali digemparkan oleh sang pengantin yakni
Syekh Amongraga meninggalkan Tambangraras dan Wanamarta. Beliau pergi bersama
Jamal dan Jamil untuk mencari kedua adiknya yang selama ini berpisah.
Nama
pengarang : Sunardian Wiaradono
Tahun
terbit :
2009
Judul :
Centhini : 40 Malam Mengintip Sang Pengantin
Kota
terbit :
Yogyakarta
Penerbit
: Diva Press
Tebal buku : 510 halaman
Kelebihan : Dalam novel ini banyak
mengajarkan ilmu tentang agama dan budaya Jawa. Terdapat nilai-nilai indah dari
kehidupan, tidak hanya percintaan, seksualitas atau derajat yang tinggi di
dunia. Melainkan nilai nalar pada kesejatian dan kebaikan universal yang
diungkap dengan semangat Jawa dalam bersosial.
Kelemahan
: Terdapat ragam bahasa Jawa yang
sulit dimengerti.